Penolakan di Malam Pengantin

Family / 19 November 2010

Kalangan Sendiri

Penolakan di Malam Pengantin

Puji Astuti Official Writer
19865

Setiap kali liburan, Elisa kecil selalu dititipkan di rumah neneknya sedangkan ayah dan ibunya pergi berjualan. Namun karena sang nenek harus bekerja di ladang, sehingga Elisa bermain di rumah tanpa pengawasan dari keluarganya. Saat itulah Elisa yang masih kecil mengalami pelecehan seksual dari seorang pria dewasa. 

“Dia melakukan pelecehan terhadap saya, setiap hari selama satu minggu,” tutur Elisa.

Sepertinya pelecehan seksual itu menghantui kehidupan Elisa, dirinya bahkan mengalami kembali pelecehan seksual dari seorang teman kantornya.

Kebenciannya kepada laki-laki tidak hanya karena pelecehan seksual yang dialaminya saja, namun juga karena perlakukan kasar dari ayahnya yang ia alami sejak kecil. Bahkan sebelum pernikahannya, Elisa mengalami pertengkaran besar dengan sang ayah dan menerima pukulan bertubi-tubi.

Tanpa disadari oleh Elisa, traumanya terhadap laki-laki itu mempengaruhi kehidupannya pernikahannya. Malam pertama adalah saat-saat yang dinantikan oleh setiap pasangan, termasuk suami Elisa, Robert. Namun saat malam pertama itu tiba, Robert harus mengalami penolakan dari Elisa saat hendak melakukan hubungan intim.

“Saya ngga bisa..” demikian ucap Elisa berulang kali kepada Robert, namun Robert tetap memaksa.

“Saat itu yang saya lihat bukan dia, tapi orang-orang yang pernah menyakiti saya. Malam pertama itu, saya dan suami sama sekali tidak melakukan hubungan suami istri.”

Berkali-kali Robert membujuk Elisa untuk melakukan hubungan intim, namun penolakan yang ia terima. Robert bahkan memohon-mohon kepada Elisa, namun malah yang diterimanya adalah tendakan dan pukulan.

“Saya sempat jatuh dari ranjang gara-gara saya di dorong-dorong pakai kaki. ‘Pergi kamu..!’ Saya di usir-usir seperti itu..” demikian tutur Robert yang saat itu merasa frustrasi dengan ulah istrinya.

Kesabaran Robert ternyata sudah mencapai batas akhirnya, suatu hari ia melakukan sesuatu yang sebelumnya tidak pernah terbayang akan ia lakukan.

“Saya bertindak kasar sama istri, saya seret dia, saya peluk dia, saya rangkul dia. Dia bilang, ‘Tega banget sih mas, kamu perlakuin aku kaya gini. Sampean ini cuma suka sama tubuh aku, ngga sayang sama aku. Ini nikmati tubuh aku.’ Dia nangis sejadi-jadinya, jujur kalau saya lihat air mata seperti saya tidak tahan,” ungkap Robert penuh penyesalan.

Namun perlakuan kasar Robert membuat Elisa merasa sakit hati. Karena merasa sang suami pun tidak menyayanginya, Elisa pun tergoda untuk berselingkuh dengan seorang pria yang menunjukkan perhatian kepadanya.

“Saya cari orang yang mengasihi saya, ya dia mengasihi saya, maka saya terima dia. Tapi saat benar-benar akan melakukan hubungan suami istri, tangan dan kaki saya langsung menendang dan memukul. Dia lepaskan dan dia katakana, ‘Ya udah, ngga apa-apa.’ Saya berhenti tidak berhubungan dengan dia lagi saat dia bilang, ‘Kita saling mencintai, kita saling menyayangi, itu anugrah dari Tuhan.’ Baru saya sadar, ‘Ya, cinta itu memang anugrah dari Tuhan. Tapi hubungan kita itu salah. Masing-masing telah memiliki pasangan, itu salah. Dan itu sangat berdosa.’”

Hingga suatu hari Robert yang sedang meniti karir di Jakarta, diajak oleh seorang teman untuk mengikuti sebuah ret-reat khusus untuk pria.

“Kesempurnaan laki-laki adalah sama dengan kesempurnaan Kristus. Disitulah saya mengalami pemulihan, saya bertobat dari segala dosa-dosa saya yang pernah saya lakukan kepada istri. Disitulah saya menemukan kalau istri itu benar-benar berharga. Saya menuliskan surat cinta buat istri saya. Disitu saya menemukan bahwa saya mencintai istri saya secara penuh.”

Sekalipun Elisa tetap tidak mau berhubungan intim dengannya, Robert tetap menunjukkan kasih sayangnya. Disitulah tumbuh rasa kasih sayang di hati Elisa kepada suaminya. Sekalipun telah menerima berbagai penolakan darinya, Robert tetap sabar kepadanya.

“Saya lalu berdoa kepada Tuhan, ‘Tuhan kalau Engkau sudah memberi saya seorang suami, meskipun awalnya saya ngga suka, tapi kenapa saya ngga bisa melayani dia. Tuhan, buat saya bisa.”

Kesabaran Robert membuahkan hasil, hubungan mereka semakin membaik. Elisa pun menerima perlakuan mesra dari Robert, walaupun tidak seutuhnya.

“Saya semakin mengasihi dia, hingga akhirnya bisa melakukan hubungan suami istri, itu karena kesabaran suami saya.”

Pemulihan hubungan antara Robert dan Elisa membawa mukjizat bagi mereka, Tuhan pun mengkaruniakan anak bagi mereka setelah bertahun-tahun menantikannya. Bahkan berkat bimbingan seorang pembina rohani, Elisa mengalami pemulihan dan dapat melepaskan pengampunan kepada ayah dan juga pria-pria yang telah melecehkannya.

Sumber Kesaksian:

Elisa & Robert

Sumber : V101119075353
Halaman :
1

Ikuti Kami